Bejo adalah seorang yang work addicted, doi ketagihan buat
kerja, sampe-sampe dia bisa menghabiskan 24 jam seminggu cuma untuk kerja. Doi nerusin
pekerjaan yang telah diwariskan oleh turun temurun sil-silah keluarga bejo,
jualan siomay. Darah mamang-mamang siomay sudah mendarah daging di dalam diri
Bejo, tapi Bejo gak mau berpangku tangan dengan apa yang sudah dia miliki, Bejo
kerja keras banting tulang setiap hari, karena dalam mindset pikiran Bejo
adalah, semakin getol lo kerja, semakin banyak lo ngehasilin duit, semakin
banyak pula kebahagiaan yang di dapet.
Sampai akhirnya penantian Bejo terbayarkan, ia pun sukses
menjadi juragan siomay se-Asia Tenggara dan telah dipromosikan oleh sponsor swasta
untuk memajukan usaha siomaynya ke kancah internasional dan mengharumkan nama
indonesia. Semua barang bisa dibeli sama Bejo, mulai dari Harley davidson,
Alphard, sampai Odong-odong semuanya sukses dibeli sama Bejo. Tiap hari dia
tidur di hotel dengan mengeluarkan kocek sekitar milyaran rupiah dalam semalam,
bukan karena hotelnya terlalu mewah, tapi karena pihak hotelnya kesulitan untuk
mencarikan uang kembalian dari uang yang Bejo bayarkan, jadi direlain aja gitu
duitnya sama si Bejo, dia mah gitu orangnya.
Harusnya Bejo sudah puas dan bahagia dengan pencapaian dan
penantiannya selama ini, tapi yang ada malah kebalikannya, Bejo masih belum
bisa merasakan kebahagiaan walaupun ia telah mendapatkan segalanya. Bukan
karena Bejo merasa kurang dan tidak bersyukur, tapi mindset di dalam pola
pikirnya yang menyimpulkan bahwa, uang bisa membeli kebahagiaan tidak
sepenuhnya benar. Uang hanya bisa membeli kebahagian yang sifatnya fisik,
sementara Bejo tidak mampu memenuhi kebutuhannya yang bersifat batin.
Dari cerita diatas, gue jadi inget sama apa aja yang gue
temui ketika perjalanan menuju tempat kuliah. Btw, gue selalu memanfaatkan
fasilitas umum seperti alat transportasi umum untuk berangkat dan pulang dari
kampus, kenapa? Karena mobil gue masih di showroom hahaha... *krik*
Menggunakan alat transportasi umum juga membuat gue banyak
bertemu dengan orang-orang aneh selama diperjalanan, misalnya bapak “Benteng
Takeshi”, gue julukin mereka seperti itu karena mereka selalu bersama dalam
suka dan duka, yang satu botak dan punya muka mesum, yang satu lagi kalem
woles-woles aje. Mirip banget sama bapak-bapak Benteng Takeshi yang jadi musuh
para peserta di akhir acara. Dari raut wajah mereka yang penuh masalah, kayaknya
mereka sudah menikah dan udah punya anak. Sepasang bapak-bapak Benteng Takeshi
ini sering gue jumpai di pagi hari naik alat tranportasi umum yang sama dengan
gue, dan pergi bekerja dengan setelan bapak-bapak pada umumnya, cuman yang
ganggu adalah mereka make tas anaknya yang ada gambar Power Rangers gede di
tasnya.
Selain orang aneh kayak bapak Benteng Takeshi tadi, sering
juga gue ketemu sama cewek-cewek cantik yang gue prediksi kalo mereka semua
jomblo. Kenapa gue bisa yakin banget kalo cewek-cewek cantik yang suka naek
kendaraan umum itu jomblo? Karena kalo mereka punya pacar, pasti dianter-jemput
sama pacarnya kayak ojek hahaha.
Tapi dari semua orang yang gue jumpai selama perjalanan
menggunakan alat transportasi umum, gue tertegun sama sepasang suami isteri dan
anaknya yang masih batita. Mereka punya kekurangan tapi saling melengkapi, itu
yang bikin gue termangu. Si suami punya cacat fisik yang membuat sebagian
tubuhnya tidak berfungsi dengan baik, si isteri yang bermuka jawa selalu ramah
dengan orang lain disekitarnya, sambil menggendong anaknya yang berusia sekitar
1 tahun, si anak pun selalu tertawa dan tersenyum kepada orang-orang lain
disekitarnya. Gak ada kerutan atau ekspresi yang menandakan bahwa mereka sedang
punya masalah, mereka terlihat bahagia, semua orang yang berjumpa dengan keluarga
kecil ini selalu tersenyum dan menyapa. Mereka sering gue jumpai di
transportasi umum yang sama di pagi hari sekitar jam 7 pagi, tujuan mereka
adalah Pasar Cinde setiap harinya. Dari penampilannya, sepertinya mereka
pedagang di pasar itu.
Dari cerita gue diatas, banyak banget orang-orang yang
pengen bahagia tanpa memahami konsep apa yang dimaksud dengan kebahagiaan itu
sendiri. Mereka terlalu sibuk memikirkan sebuah pencapaian seperti bapak
Benteng Takeshi, dan lupa menikmati sebuah proses seperti yang dilakukan oleh pasangan
suami isteri diatas. Sama seperti cerita si Bejo di awal postingan ini, terlalu
sibuk bekerja untuk mendapatkan uang yang ia pikir adalah sumber kebahagiaan, tapi
tanpa sadar ia telah mengikis kebahagiannya sendiri dengan mengabaikan sesuatu
yang ingin ia lakukan.
Sama seperti lo yang belajar mati-matian buat lulus dari SMA
dengan nilai yang gede, karena di mindset pikiran lo nilai gede adalah sesuatu
yang bisa bikin lo bahagia. Tapi nyatanya, lo melewatkan masa-masa indah bareng
temen-temen lo di SMA, ga pernah maen, ga pernah punya pengalaman unik selain
belajar, belajar, dan belajar. Hingga akhirnya lo gak punya cerita yang bisa
diceritain ulang pas reunian atau yang bisa diceritain sama anak-cucu lo kelak.
Terlalu berfokus pada tujuan, membuat kita melupakan
indahnya sebuah proses.
26 komentar
Kena serangan batin. Di quote terakhir, jujur gue itu seperti yang lo tulis. Sebenarnya gue pengen banget dapat nilai bagus bukan hanya diri gue yang akan bahagia, tentunya orang tua gue juga bahagia. Karena anak yang mereka rawat dan mereka bimbing akhirnya bisa mencapai nilai bagus untuk masuk ke universitas yang diinginkan. Tapi satu hal yang kaya lo bilang. Gue nantinya gak ada cerita pas reuni bareng teman-teman SMA gue. Beda dengan SMP, gue lebih ke sebaliknya. Gak penting nilai, tapi pentingin main bareng teman.
ReplyDeleteMasa-masa SMA itu masa-masa yang sayang banget buat dilewatin gitu aja, jadi kalo menurut gue rugi kalo jadi terlalu nerd pas SMA.
DeleteTapi ini demi masa depan bray. Gue maunya untuk menyeimbangi kedua itu. Ada saat gue bermain ada saat gue serius. Caranya itu gimana? Serba salah soalnya ini bray, disaat gue serius mau belajar ada teman ganggu gue malah marah jadi gue disalahkan. Giliran gue main-main nilai gue jadi jelek, orang tua gue marah. Salah lagi deh.
DeleteBapak-bapak Benteng Takeshi beneran gitu ya? Itu tontonan zaman smp dulu, tapi ga inget pula itu bapak-bapak Benteng Takeshi gimana detailnya. Wkwkwk.
ReplyDeleteEhem, mengenai konsep kebahagiaan, proses, dan nilai gede saya suka sama perumpaman yang dibuat lewat cerita di atas. Juga lewat pengalamanmu yang diikutsertakan. Setidaknya semoga banyak hati yang lebih terketuk agar ga melulu fokus pada harta, tahta, atau nilai setelah baca tulisanmu ini. Soalnya kadang agak sedih juga kalau denger orang yang saya kenal meninggikan dan mengejar sesuatu yang sifatnya semu. :)
Hahaha... Makasih, mbak :))
DeleteKenapa gue bilang "mbak", bukan bermaksud tidak sopan, tapi benteng takeshi itu tontonan gue pas masih SD hahaha...
Gue suka banget sama konsep-konsep 'Bahagia' yang lo ceritain dengan suatu perumpamaan. Sedikit-banyaknya gue jadi belajar tentang arti kebahagian. Emang ya, kebahagiaan itu bukan saat kita terlalu fokus pada tujuan, tapi justru pada prosesnya. Semakin di nikmati prosesnya, semakin akan sangat merasa bahagia juga nantinya saat berhasil mencapai tujuan. Bahagia itu sederhana.:)
ReplyDeleteSebenernya, persepsi orang mengenai kebahagiaan itu beda-beda, yang gue tulis diatas itu cara pandang gue mengenai kebahagiaan, tanpa ada maksud persuasif :v
DeleteNgena banget nih postingannya broo. Terkadang memang banyak orang yang mempunyai presepsi bahwa semakin banyak duit, maka semakin bahagia. Padahal kalo menurutku persepsi tersebut nggak sepenuhnya benar. Banyak orang yang justru punya banyak uang tapi hidup mereka selalu khawatir. khawatir dirampok lah, khawatir duitnya habislah, dan lain sebagainya. Jadi definisi bahagia itu bukan cuman bermuara di materi doang.
ReplyDeleteOrang kalo menghargai proses emang lebih bahagia daripada yang pengen segalanya instan. Buktinya sepasang suami istri dengan satu anak tersebut saja tetap bahagia meski tidak punya banyak materi. Mereka bahagia karena masih tetap bersyukur.
Iya bro, bersyukur itu juga salah satu aspek yang bisa mewujudkan kebahagiaan. Kekhawatiran bakal hilang tak berbekas kalo kita rajin bersyukur.
DeleteWaduh bang *mengkhayal sejenak* yah gw juga pernah kek gitu sih bang sewaktu kelas 1 SMA, terlalu fokus buat ngedapet nilai tinggi, akhirnya gw cuman fokus belajar terus. Tapi syukur lah, pas naik kelas 2 SMA gw bisa sadar dan insyaf kalau yang gw lakuin selama ini salah, bukan ini keseruan dan kebahagian sebenarnya gw cari. dan akhirnya gw bisa nemuin jati diri gw selama ini, dan yah seperti sekarang ini lah jati diri gw sebenarnya. Jadi orang yang nga jelas tapi tetep keren B| (y) :v
ReplyDeletekebanyakan orang cuman terfokus dengan hasilnya saja tanpa memandang indahnya suatu proses dan menghargainya.Tapi bang, ini sama nga sih dengan suatu keadaan yang orang-orang cuman ngeliat hasil sebuah karya seninya aja tanpa memperhatikan proses pembuatan karya seni itu ?
wah pasti bapak-bapak benteng takeshinya itu datang ke Indonesia gegara udah nga dapat job di Jepang sana, makanya nyari kerja di Indonesia :'v
Hahaha... Gokil, insyaf dari fokus belajar buat jadi orang ga jelas :v
Deleteiya sih, betul yang engkau katakan baginda, analogi cerita diatas mirip dengan orang yang hanya melihat hasil ketimbang prosesnya.
lain kali di fotoin dong bapak'' benteng takeshinya. atau nggak, ajak selfie bareng gitu. sapa tau beneran di rekrut ke acara benteng takeshi kan.
ReplyDeleteklo ngomongin kebahagiaan, setiap orang punya pandangan sendiri'' sih. dan kadang, memang berbeda antara satu orang dengan org lainnya. yah, pinter'' aja bersyukur dengan apa yang ada sekarang. janji Allah kan, kalo kita bersyukur nanti akan ditambah.
tapi, klo gue sendiri sih emang harus fokus sama tujuan, tapi kalo masalah main'' gitu ya ga boleh lupa juga. kan tiap orang juga bakalan punya ceritanya masing'' dan bakalan beda''. seru nya disitu sih. ehehe
oh iya, yg cewe jg ajakin foto bareng lah. terus nomer hapenya dibagiin. sapa tau lo secara ga langsung jd mak comblang gtu kan ya
Wah, baru kali ini gue baca postingan yang sepemikiran kayak gini. Gue menikmati banget masa-masa indah di SMA bareng temen-temen gue. Gue manfaatin banget waktu yang cuma 3 tahun itu bareng temen-temen, ya karena sekelas cowoknya cuman 7. Dah kayak boyband. Karena kita bertujuh sadar, setelah lulus nanti pasti buat bareng kayak gini nggak mungkin. Pasti ada beberapa kalo diajak ngumpul pasti udah sulit. Dan lagi, Gue suka banget kata penutupnya.
ReplyDeleteSangaat setuju. Kadang kita terlalu fokus pada tujuan sehinggga melupakan sebuah proses. Padahal dalam proses, kadang kita menemukan kebahagian kebahagian kecil yang kalo di kumpulkan suatu saat nanti, bakal jadi kebahagiaan kebahagiaan yang besar.
ReplyDeleteAnjir banget ni postingan, kalimat penutupnya ngebuat jadi inget lagi masa SMA memang menyayat hati kalo udah lulus, kalo mau kumpul udah susah, kebersamaan seperti dulu cuma bisa jadi suatu harapan yg sulit diwujudkan . mau kumpul aja banyak banget alasan ada yg kerja lah , kuliah , ada yang ngurusin kambing, ada yg diurusin sama kambing . ah udah lah makin ngaco aseeemm
ReplyDeleteJaman sekarang memang anak sekolahan lebih mementingkan nilai yang gede, pengakuan dari temen teman, daripada menghargai sebuah proses. Lebih baik memang mendapatkan nilai pas-pasan, tetapi itu adalah jerih payah kita sendiri. Daripada dapat nilai gede, tapi dari hasil contekan. Nilai rendahnya memang gak seberapa, tetapi kepuasan dan kebahagiaan yang kita raih dari situ memang luar biasa. Setidaknya kita tahu mengenal diri sendiri, dan berusaha memperbaiki diri dimasa depan.
ReplyDeleteKebahagiaan itu barang langka, yang sekarang susah didapatkan men.
Nice post :)
Gue suka gaya lo bang! Hehe
ReplyDeleteUntung waktu gue SMA agak nakal, gak terlalu fokus sama pelajaran.. bangga gini...
Menurut gue untuk menambahkan tulisan di atas, konsep kebahagiaan bukan dari besarnya uang yg kita bisa dapat, jabatan atau hal apapun.
Kebahagiaan itu bagaimana kita bisa bersyukur atas semuanya. Ya! Bersyukur itulah yg paling sulit.
Arti kebahagiaan tiap orang beda-beda sih, tergantung cara pandangnya. Kalau ada orang yang bahagia dengan cara seneng-seneng pas muda, belajarnya nanti aja sekarang seneng-seneng aja dulu, itu nggak salah. Ada juga orang yang bisa bahagia dengan cara belajar, mendapat nilai yang baik, itu juga nggak salah. Kan mereka sendiri juga yang nanggung akibatnya.
ReplyDeleteSejak kapan aku jadi sok bijak gini?
Nice post dan salam kenal ya :)
setlah aku baca dari atas sampe bawah kayaknya ini point tulisannya adalah:
ReplyDeletemanfaatkan masa SMA lo untuk main.
jgn cuma ngejar nilai tinggi.
betulkah begitu?hahahha.. just kidding
eh yg d bus itu cacat nya kenapa? klo sebelah badannya ga berfungsi gmn cara dia naik bus nya? #kok jd salah fokus
Gw setuju nih sm tulisan ini. Banyak org yg sampe mengabaikan sebuah proses demi tujuan. Yg mereka pikir, klo tujuannya tercapai, mereka akan bahagia. Padahal in reality, ga sesimpel yg mereka pikir.
ReplyDeleteDi poin yg terakhir, gw sendiri mengakui kadang gw masih doyan ngejar nilai bagus entah gmn caranya, krn gw pikir dg begitu ortu gw akan bangga. Tp nyatanya, walopun nilai bagus, klo proses yg gw lakuin ada curangnya, ya tetep sih ga bisa dibanggain sepenuh hati. Ada aja gitu yg ngegeanjel. *lah curhat*
Tapi balik lagi, setiap org punya caranya sendiri utk mengartikan kebahagiaan.
hahahahaha, nancep banget bro. betul banget karena terlalu ambisius, proses indah pun terlewatkan. ini gue sis aberapa hari lagi di SMA, dan gue berusaha untuk menikmatinya sebaik mungkin. nggak mau terlalu berlebihan matok nilainya~
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteKalau versiku soal bahagia itu gimana cara kita bersyukur, itu kunci penting buat kita bahagia. Apalagi suami istri yg memiliki kekurangan fisik, kelihatan banget pasutri itu tahu caranya bersyukur menikmati nikmat Tuhan walaupun bentuknya dalam kekurangan.
ReplyDeleteBtw soal nilai di sekolah, aku g sepenuhnya setuju. Main oke, tapi g berarti nilai harus jelek kan? Sekolah itu kebahagiaan juga lho, soalnya masih banyak temen2 kita yg g punya kesempatan buat ngerasain masa2 sekolah. Padahal masa SMA lagi gencar2nya kita nyari jati diri, lagi pinginnya kita nunjukin kehebayan lewat prestasi yg diraih. Yg namanya hidup itu kudu imbang, biar jadi harmoni indah. Bapak aku ngajarin, biarlah masa mudamu penuh usaha keras, biar nanti tuanya menuai keindahan, dan kelak anak2mu tak merasakan apa yg kau rasa ketika muda hidup dalam kesusahan. Sorry kalau jadinya khotbah.
Kebanyakan orang emang nganggep kalau uang emang sumber kebahagian, tapi ya seperti yang lu bilang. Uang cuma penyenang fisik, bukan batin. Sebenernya kebahagian itu ga susah, ngejalanin hidup dengan santai juga itu udah bahagia banget.
ReplyDeleteSebenernya bisa melewatkan masa-masa indah tapi tetep nilai bagus, yaitu dengan cara ngerjain ulangan dengan cara kerja sama *Astagfirrr* kekompakannya dapet, nilai bagus juga dapet #BahagiaItuSederhana
Ahh bener banget...dan sebenernya konsep bahagia itu sendiri kita yang menciptakan..ada yg bhagia harus mencapai suatu target..tapi ada juga yang hidup aja udah bahagia..bisa dri hal kecil sampai hal besar. Dulu jaman tiap kuliah gue juga tiap hari naik bis dan selaluuuuu ngamatin orng orng di bis. Seruuu emang. Kdang juga nggak chman ngamatin tapj jga ngajakin ngobrol..serruuuu dn bsa memetik nilai nilai kehidupan dri sebuah percakapan. Wehehehe
ReplyDeletewaktu sma gue belajar sekedarnya aja. Yang mati-matian itu ngerjain latian2 dari guru2. Jadi kalo nilai ujian gue jeblok masih bisa ketolong sama latian harian dan absen. Maklum, gue rada lemot. dan yang mati2an itu juga nyonteknya. kalo gue ga lulus, nanti dimarain orang tua. padahal sekarang gue dapet duit tanpa ijasah apa pun.. ijasah sma ga kepake, ijasah kuliah belum keluar (masi skripsi). trading mah ga ada sangkut pautnya sama ijasah.. tapi hasilnya bikin takjub luar biasa... dan gue bahagia dengan hidup gue.. sangking bahagianya sampe lupa ngerjain skripsi sampe membusuk di pojok kamar.
ReplyDeletePlease leave a comment ..