Beberapa waktu yang lalu gue terlibat percakapan dengan seorang temen di sebuah cafe tentang algoritma Reels dan Tiktok yang mulai meresahkan.
“Kalo lo ga sengaja bikin konten, terus konten itu viral dan banyak views dan likes, kira-kira lo bakal lanjutin konten yang berawal dari keisengan itu atau malah stop?” Tanya gue.
“Kayaknya gue bakal lanjutin terus sampe akun gue punya ratusan ribu followers, karena gue pribadi punya kesukaan sama yang namanya fame sih, semua orang juga kayak gitu.” Jawab dia.
“Kalo gue, selama itu konten iseng atau shit-post ga bakal gue lanjutin sih.” Balas gue.
“Loh, kenapa?” Tanya dia.
***
Sekarang ini kita hidup di zaman teknologi yang serba mudah, saking mudahnya, hampir semua orang punya kesempatan yang sama asal mau usaha dan punya niat. Kita ambil contoh aja orang yang mau memulai bisnis, di zaman dulu, kita perlu modal yang cukup banyak buat bikin sebuah bisnis, mulai dari produksi, biaya iklan, sampe pemasaran, jadi gak heran kalo cuman anak orang kaya yang punya backingan finansial dari orang tuanya aja yang bisa bikin bisnis gede dan hidup dari sana.
Di zaman sekarang, orang mau punya bisnis ga perlu modal gede, cukup modal internet, waktu, dan pisang goreng. Kita bisa mulai dari menjadi dropshiper, yang ga perlu pake modal, lalu berkembang menjadi reseller, dan dengan sedikit kerja keras, kita bisa jadi produsen tanpa modal duit sepeser pun di awal, asal punya niat dan mau usaha.
Poinnya adalah, lo bisa jadi apa aja yang lo pengen di zaman sekarang tanpa latar belakang pendidikan, atau finansial yang kuat.
Sisi positifnya di zaman ini, semua informasi yang kita butuh udah ada di genggaman tangan kita, tinggal kita yang mau bikin gadget yang di ada tangan sekarang sebagai pusat informasi, atau cuman buat scroll-scroll sosmed dan jadi komoditi disana.
Sisi negatifnya, karena terlalu banyak informasi yang kita serap, bikin kita jadi ga fokus dan ga mau sabar dengan yang namanya proses. Ngeliat selebgram bikin konten A, ikutan, liat youtuber bikin konten B, ikutan. Lama-lama kita membuang waktu karena berusaha untuk menguasai semuanya, padahal ga ada orang yang bisa menguasai semua hal dengan baik. Kobe Bryant pasti bisa maen futsal, tapi dia memilih buat fokus maen basket dan ga pernah ikut turnamen futsal di kompleknya. Emangnya siapa superstar yang punya double job?
Balik lagi ke pertanyaan temen gue di atas, kenapa sih gue gamau lanjutin konten iseng atau shit-post viral yang ga berhubungan sama profesi atau personal branding yang gue bangun sekarang?
Jawabannya adalah, gue pengen nama gue dikenal karena karya-karya gue, atau profesi yang sekarang gue jalani. Bukan karena konten iseng atau shit-post viral yang gue bikin. Bayangin lo viral karena konten joget-joget, dari sana lo mulai punya banyak viewers dan followers, lalu karena ketenaran itu akhirnya lo diundang ke sebuah acara TV nasional dan disuruh nyeritain perjalanan kisah sukses lo, akan sangat canggung kalo lo mengawali semua ini karena keisengan balaka.
Ditambah lagi, kita gatau berapa lama sebuah tren akan bertahan. Bakal sangat ga worth it banget kalo kita mengabiskan waktu buat bikin konten shit-post selama bertahun-tahun cuma karena viewers dan likes, tapi pas tren berakhir, kita kehilangan segalanya. Bayangin kalo waktu yang kita pake buat bikin konten shit-post kita pake buat belajar sesuatu yang sangat fundamental, mungkin kita bisa jadi profesional di suatu bidang walau dengan medium yang berbeda.
Hal ini membawa kita ke sebuah judul hari ini “Kembali ke Akar”, karena di tengah hingar bingar popularitas yang bisa kita raih dengan mudah, sebaiknya kita tetap kembali ke fundamental yang bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman. Salah satu contohnya, menulis. Bagi gue, menulis adalah salah satu skill yang paling amat mendasar dan sangat fleksibel, lo bisa mulai dari nulis blog, lalu nulis skrip, atau nulis untuk keperluan konten-konten visual, dan lain-lain.
Atau lo bisa mulai belajar main alat musik, atau belajar menggambar, pokoknya sesuatu yang bersifat dasar dan fundamental. Jadi, ketika zaman udah mulai berkembang dengan cara yang ga masuk akal, kita masih punya skill yang relevan untuk dibawa ke situasi zaman apa pun, ga cuman konten iseng atau shit-post yang cuma dapetin fame sesaat doang.
Kembali ke akar juga bikin kita bisa lebih fokus dan punya target atas apa yang mau kita pelajari dan kerjakan, kita emang ga bisa lepas dari rasa penasaran tentang mencoba sesuatu yang lagi viral, tapi selama kita punya fundamental yang kuat, dan percaya sama yang namanya proses, kita bakal jadi profesional di bidang itu.
Bisa menjadi singa yang disegani di alam liar.
Bukan menjadi singa yang digemari karena joget-joget di dalam sirkus kebun binatang.
0 komentar
Please leave a comment ..